Reporter: Alief Sappewali
REPRO METRO TV
KENANGAN. Nazaruddin bersama Dubes RI di Kolombia, Michael Manufandu, sesaat setelah ditangkap Interpol.
Editor: Silahuddin Genda
JAKARTA -- Drama pelarian mantan Bendahara Umum
Partai Demokrat M. Nazaruddin berakhir juga. Dia ditangkap di kota yang
terkenal sebagai lokasi syuting telenovela, Cartagena, Kolombia setelah
meninggalkan Indonesia sejak Mei 2011.
Tersangka kasus suap wisma atlet Palembang Sea Games itu ditangkap
polisi Kolumbia Minggu dinihari pukul 02.00 waktu setempat. Dia
ditangkap mengenakan kaos hitam dan celana jins.
Malam tadi (waktu Indonesia), posisi terakhir Nazaruddin sudah
berada di Bogota, ibukota Kolumbia. “Sekarang berada dalam pengawasan
Interpol dan petugas KBRI juga ada disana,” ujar Kepala Divisi Humas
Polri Irjen Anton Bachrul Alam di Jakarta semalam.
Tim Polri pemburu Nazaruddin yang selama ini sudah standby di
Dominika, juga sudah bergeser menuju Bogota untuk bergabung dengan
Interpol dan petugas KBRI. “Tim yang menyusul dari Jakarta sudah berangkat tadi pagi (Senin 08/08),” jelas Anton.
Kabar pertama tertangkapnya Nazaruddin disampaikan langsung
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto
dalam jumpa pers di Istana Negara kemarin. Dia menjelaskan jika
konfirmasi tertangkapnya Nazaruddin setelah Dubes RI di Kolombia Michael
Manufandu menyampaikan aksi yang dilakukan polisi Kolumbia dan Interpol
kepada Menlu Marty Natalegawa.
“Hasi l penyelidikan di Cartagena, identik dengan yang kita sebut
sebagai Nazaruddin,” kata Menko Polhukam Djoko Suyanto di Kantor
Presiden. Dia juga menyebut penangkapan itu dilakukan pada saat yang
tepat.
Lebih lanjut Djoko menjelaskan jika selama ini Nazaruddin
sulit ditangkap karena menggunakan identitas palsu di paspor. Dalam
paspornya, dia menggunakan nama M. Syarifuddin. Dia yakin tangkapan itu
tidak salah karena Dubes RI sudah berangkat ke Cartagena dari Bogota,
ibu kota Kolombia dan bertemu Nazaruddin.
Dari pertemuan itu, Djoko mengatakan jika secara fisik
identik dengan apa yang selama ini disebut Nazaruddin. Mantan Panglima
TNI itu mengatakan Nazaruddin langsung dibawa ke Bogota.
Djoko menjelaskan, kabar penangkapan Nazaruddin itu sudah
dilaporkan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut dia, SBY
berpesan untuk menjaga keselamatan Nazaruddin. “(Pesan) kedua, yang
bersangkutan bisa dibawa ke tanah air untuk dilakukan proses hukum,”
sambung Djoko yang didampingi Kapolri Jenderal Timur Pradopo.
Terpisah, Duta Besar RI untuk Kolombia Michael Manufandu menceritakan proses penangkapan Nazaruddin, di Cartagena, Kolombia.
Melalui sambungan telepon dia menjelaskan jika Nazaruddin
tidak melawan saat ditangkap. Namun, bukan berarti pria tersebut pasrah
begitu saja. "Dia mengaku namanya Syarifuddin," katanya.
Michael menjelaskan saat ditangkap Nazaruddin sedang
duduk-duduk sendiri di sebuah cafe di pinggir jalan. Nazaruddin saat itu
sedang makan dan didekati oleh polisi Kolumbia. “Yang jelas dia
mengaku menjalankan puasa, saya sempat membelikan makanan untuk buka
puasa setelah tertangkap,” kata dubes Michael.
Bisa jadi saat ditangkap oleh polisi lokal Kolumbia,
Nazaruddin sedang menikmati makan sahurnya. Yang jelas, saat itu dia
sendirian.
Polisi Kolombia memberi kabar kepada pihaknya terkait penangkapan
itu. Kabar itu ditanggapi dengan langsung terbang ke kota pantai itu.
"Disana, Nazaruddin tidak diborgol," jelasnya.
Michael menjelaskan wajah Nazaruddin saat itu tampak pucat. “Mungkin
saja karena sedang berpuasa,” katanya. Nazaruddin menitipkan tas
pribadi miliknya ke dubes Michael. “Sampai saat ini belum saya buka,”
katanya.
Tas itu diduga berisi barang-barang pribadi Nazaruddin termasuk sejumlah bukti yang sempat disampaikannya pada media. “Untuk membukanya harus ada saksi dan sekarang status dia masih di tangan Interpol,” kata dubes Michael.
Meski hingga tadi malam, orang itu masih kukuh bernama
Syafruddin, Michael tetap yakin jika yang dihadapinya adalah Nazaruddin.
Apalagi, wajah pria tersebut kerap nongol di berbagai media
massa. Namun, dia tidak mempermasalahkan hal itu karena dia ingin
Nazaruddin tetap kooperatif dengan kedutaan. "Karena itu, identitas
palsu Nazaruddin tidak terlalu dikorek," tuturnya.
Dari pemeriksaan paspor M. Syafruddin terlihat jika sebelum
mendarat di Kolombia yang bersangkutan pernah ke Malaysia, Singapura,
Vietnam, Kamboja, Jerman, Karibia, dan Kolombia.
Terpisah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga ikut girang
dengan tertangkapnya Nazaruddin. Sebab, hal itu mengakhiri penyelidikan
yang selama ini dilakukan oleh berbagai pihak. Apalagi, Juru Bicara KPK
Johan Budi mengatakan jika pihaknya sebenarnya sudah menanti
tertangkapnya Nazaruddin. "Sejak minggu lalu sudah kami deteksi,"
katanya.
Informasi yang di dapat KPK, polisi Kolombia sudah telah mengawasi gerak-gerik Nazaruddin di Kartagena sejak Jumat 5
Agustus. Johan mengatakan polisi setempat menangkap Nazaruddin setelah
melihat red notice yang dikeluarkan KPK beberapa waktu lalu. "Setelah
memastikan itu Nazaruddin baru dilakukan penangkapan lantas melapor ke
pemerintah Indonesia," urainya.
Kadivhumas Polri Irjen Anton Bachrul Alam menjelaskan rute
pelarian Nazaruddin. Setelah terbang ke Singapura 22 Mei 2011, Nazar
sempat tinggal satu bulan di negeri Singa itu.
Setelah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK Nazaruddin mencoba mengecoh ketika keluar dari Singapura. “Seolah-olah dia ke Kuala Lumpur (Malaysia), tetapi sebenarnya ke Vietnam,” kata Anton di Mabes Polri, kemarin.
Dari Vietnam, kata Anton, Nazaruddin pindah ke Kamboja.
Dengan pesawat sewaan, Nazaruddin lalu menuju Bogota, Kolombia, dengan
transit terlebih dulu di Madrid, Spanyol, dan Dominika. “Dari Bogota baru ke Cartagena,”katanya.
Nazaruddin, lanjut Anton, diketahui menggunakan paspor palsu
dengan nama Syarifuddin ketika transit di Dominika. Kepala Polri
Jenderal Timur Pradopo, kata dia, lalu mengirimkan surat kepada kantor
Interpol Pusat di Perancis untuk membantu penangkapan di Kolombia. Data
itu dilengkapi juga dengan sidik jari. “Hasil terakhir yang kami terima match. Cocok. Jadi, yang bersangkutan benar Nazaruddin,” ujarnya.
Di bagian lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya
ikut lega dengan tertangkapnya Nazaruddin. Dia mengapresiasi kerja Polri
dan KPK yang bekerja sama dengan Interpol. Sebagai tindak lanjut, SBY
telah meminta Kapolri untuk memberikan perlindungan kepada Nazaruddin.
Dia mengharapkan, setelah dibawa pulang ke tanah air dan ditangani
oleh KPK, perkara tersebut bisa menjadi lebih terang. Prosesnya juga
berjalan secara transparan, akuntabel, dan objektif. “Karena kita juga
ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi atas dugaan kejahatan yang
dilakukan Nazaruddin yang ditangani oleh KPK,” kata SBY.
Ketua DPP Partai Demokrat, Syamsul Mappareppa, Senin 8 Agustus,
mengatakan dengan kepulangan Nazaruddin semuanya bisa menjadi terbuka.
Selama ini yang beredar hanya rumor yang tidak bisa dikonfirmasi
kebenarannya.
"Kalau memang dianggap melanggar hukum, ya yang bersangkutan
harus ditindak secara hukum," kata mantan Ketua DPD Partai Demokrat
Sulsel ini.
Syamsul menambahkan Nazaruddin sudah diadili secara etik oleh
Partai Demokrat. Hasilnya, Nazaruddin dikeluarkan dari partai yang
kelahirannya dibidani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Sekarang
tinggal kasus hukumnya.
Terpisah, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad
Mubarok mengaku senang dengan tertangkapnya Nazaruddin. Menurutnya,
tudingan Nazaruddin terhadap Partai Demokrat selama ini bisa menjadi
lebih jelas.
Mubarok mengaku tidak khawatir, nyanyian Nazaruddin nantinya
bakal menyeret lebih banyak kader Partai Demokrat. Bagi Mubarok, jika
itu memang kebenaran, maka risiko itu harus diterima.
Di tempat yang sama, Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan,
pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah penyelamatan untuk melindungi
Nazaruddin. “Justru itu sedang disiapkan (langkahnya),” katanya.
Istri Ikut Tertangkap?
Apakah Nazaruddin ditangkap sendirian atau bersama istrinya? Soal
itu, ada dua versi. Pertama, versi dari polisi. Menurut Kadivhumas Polri
Irjen Pol Anton Bachrul Alam, istri Nazaruddin, Neneng Sri Wahyuni,
ikut ditangkap.
”Dia tidak sendirian, bersama istrinya dan beberapa orang. Menurut
informasi, yang bersangkutan sedang duduk-duduk (saat ditangkap),” kata
Anton di Mabes Polri kemarin.
Ketika ditanya apakah istri Nazaruddin juga menggunakan paspor
palsu, Anton mengatakan bahwa pihaknya belum menerima informasi tentang
itu.
Tim yang dikirim pemerintah, papar Anton, sekarang ikut mendampingi
Nazaruddin setelah penangkapan. Tim tersebut terdiri atas lima polisi
dan seorang petugas dari imigrasi. ”Tim sudah lama mengikuti dia,” papar
Anton.
Keterangan berbeda disampaikan oleh Dubes RI untuk Kolombia Michael
Manufandu. Dia menyebut, Nazaruddin hanya sendirian saat ditangkap.
”Dia dibawa dari Cartagena dengan pesawat Cessna, hanya muat enam orang.
Yakni, Nazar, dua polisi, satu staf KBRI, dan dua kru pesawat,” katanya
melalui sambungan telepon kemarin.
Hingga tadi malam WIB, Michael juga belum bisa memastikan posisi
istri Nazaruddin dan keluarganya. ”Kami akan cek ulang,” janji dia.
Di bagian lain, setelah ditangkapnya Nazaruddin, ekspektasi
tinggi di tanah air langsung membubung tinggi. Terutama, harapan tentang
dibukanya keran informasi selebar-lebarnya dari pria kelahiran 26
Agustus 1978 tersebut. Maklum, selama ini dia terus ”bernyanyi” dan
menyinggung beberapa pejabat tanpa memberikan bukti valid. (jpnn)
{ 0 komentar... Skip ke Kotak Komentar }
Tambahkan Komentar Anda